Rumpun Gerobag.... |
“Brukk...” Setumpuk kardus. Lalu, “Brak...”
tumpukan kardusku berikutnya.
“Mak, Aku pergi ” Dan esoknya seperti itu lagi.
@@@
Ruang kelas. Aku tak pernah mengenal itu. Namun pikiranku seharian hanya menumbuk ‘ruang kelas’. Apalah itu, Aku tak kenal dan tak mau mengenal. Gerbong, kereta api, orang-orang dan ruang kelas. Kosa kata baruku sekarang. Pak Acok, pedagang semir sepatu sohibku menunjukkan gigi kuningnya. Itu artinya Ia tak tahu. Karmin Pendet, Rudi Cebol brandalan kelas teri terminal tak tahu apa yang Kutanyakan. Mereka lebih pandai jika ditanya bagaimana cara mencopet yang bagus dan sesuai perundang-undangan yang berlaku. Undang-undang 46. Beda setahun dari undang-undang orang-orang yang bersekolah.
“Empat satu, Ndis” Karmin Pendet, menasehatiku.
“Apa itu?” Jawabku tergesa-gesa. Bersemangat dan tak peduli. Hampir saja mencium muka Karmin Pendet, saking dekatnya.
.............................................................................TO BE CONTINUEDapelmanyun.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pembaca Brother n Sister. Satu komentar dari Anda adalah bak satu bungkus Nasi Padang lengkap dengan Pucuak Ubinya :D