oleh Imam Sibaweh Persian (Catatan) pada kemarin hujan 2013 pukul 20:23
merah
marun agak tua, itulah warna faforit orang lain entah siapa dan aku tak
peduli. Mata pisau ini agak tumpul. Kugesek-gesekkan pada pangkal batu
asah, bunyinya merusak suasana. Terima kasih untuk buku biru itu dan
akan kubuatkan papan kotak untuk menguburnya. Aku tak kuasa terus
memelihara kepunyaanmu. Aku takut Tuhan marah, atau seenggaknya tak
marah karna mungkin kamu lah yanga marah. Di pagi itu setelah kau antar
nasi opor lengkap dengan daun pisang ambon yang rasanya menggeledah isi
tenggorokanku, kau titipkan juga sebilah pisau karatan untuk kau suruh
agar aku mengasahnya. Di hari lain akan kukeluarkan timbangan merah
marun Ayah dan akan kujual kepada Koh Bambang. Aku tahu beliau adalah
pamanmu, tapi aku harap kau tak menghasut pamanmu untuk bilang barangku
jelek, kuno lah, bau lah.
Di hari berikutnya akan kutelepon kakakku yang ada di antah berantah. Kukabari burung jalaknya mati kelaparan agar iya gelagapan dan pulang segera. Di tahun berikutnya akhirnya timbangan segi aneh ini kustrika dibawah terik matahari yang kurasa sangat terlalu dingin. Ayah bilang terserah mau aku apakan dengan timbangan ini... Dan tiba2 kau mnyelundup dari belakang dan bilang, "Jangan buang timbangan itu, kau bisa meminjamkan padaku. Akan kutimbang hatimu, seberapa layakkah Engkau di sini," katamu sambil meletakkan telunjuk di dada kirimu. Aihh, aku tersenyum saja. Lantas berhari2 kubiarkan timbangan itu kau bawa. Dan sampai hari ini aku masih timang2 kaki di atas kursi sambil menghitung beberapa ratus kali kau membopong ratusan ton karung beras, lalu tergopoh2 orang2ku menyambutnya dengan suka cita,,,
Terima kasih timbangan merah===
Di hari berikutnya akan kutelepon kakakku yang ada di antah berantah. Kukabari burung jalaknya mati kelaparan agar iya gelagapan dan pulang segera. Di tahun berikutnya akhirnya timbangan segi aneh ini kustrika dibawah terik matahari yang kurasa sangat terlalu dingin. Ayah bilang terserah mau aku apakan dengan timbangan ini... Dan tiba2 kau mnyelundup dari belakang dan bilang, "Jangan buang timbangan itu, kau bisa meminjamkan padaku. Akan kutimbang hatimu, seberapa layakkah Engkau di sini," katamu sambil meletakkan telunjuk di dada kirimu. Aihh, aku tersenyum saja. Lantas berhari2 kubiarkan timbangan itu kau bawa. Dan sampai hari ini aku masih timang2 kaki di atas kursi sambil menghitung beberapa ratus kali kau membopong ratusan ton karung beras, lalu tergopoh2 orang2ku menyambutnya dengan suka cita,,,
Terima kasih timbangan merah===